dia…
oleh: e-hartantyo
Beberapa hari yang lalu, saya kepengin sekali makan sate kambing. Dan satu-satunya sate yang paling enak (menurutku) dan menurut rute jalan pulang, dari sederetan warung sate yang sudah kujajal rasanya, adalah sate depan kecamatan balecatur di jalan wates. Ntah kenapa saya suka sekali sate itu. Dagingnya empuk,walaupun dibakar dalam waktu yang nggak lama amat. Mungkin dagingnya dari kambing muda. Trus rasanya….wuihhh… laper nih..
Aku mampir sebentar. Aku pesen dua porsi karena istri saya juga suka sekali sate. Sambil nunggu sate dibakar. Saya melihat lalu-lalang kendaraan melintas di jalan wates. Ntah kenapa, mataku tertuju ke seorang ibu-ibu muda. Dia jalan senyum-senyum sendiri di seberang jalan. Pakai celana selutut (kayak celana pantai gitu) dan baju lengan panjang. Agak kumal sih bajunya. Pertama kulihat dia sedang makan sesuatu. Kelihatannya makan roti.
Tiba-tiba dia berhenti di pertigaan, dan menari. sambil senyum senyum kepada semua orang yang lewat. Berenti menari, makan roti, lalu menari lagi. Sesaat saya dibuat tersenyum karenanya. Saya tertawa geli, bukan karena meledek, tetapi karena emang lucu gaya menarinya. Dia selalu seperti itu, dan saya selalu tersenyum dan tertawa dalam hati melihatnya. Saya menjadi tak tega lagi melihatnya. Dia menguras energinya untuk menari…menari dan menari…
Namun, saya jadi berpikir…saya dapat dibuat tertawa oleh orang yang bahkan tidak mengenal saya, bahkan dia kurang waras. Dia tidak perlu berpakaian lucu, bahkan kumal. Dia tidak perlu melihat saya bahkan dia hanya melihat dirinya sendiri. Lalu…..muncul pertanyaan …Apakah saya sudah bisa membuat istri dan kedua anak saya tersenyum dengan lepas seperti itu ya?…
Sateku udah selesai…dan aku pulang sambil merenung..
Balecatur, Agustus 2006