Si Hitamku
oleh : e-hartantyo
Tanggal 9 Juli 2006 kemarin, anak-anak dan ibuknya minta main ke rumah neneknya. Kakek dan Nenek dipanggil oleh anak-anak “kakung gunung” dan “uti gunung”. Kenapa? ya karena rumah beliau ada di daerah Utara banjarnegara, berbatasan dengan kabupaten pekalongan. Daerahnya berada di kaki timur laut gunung Slamet dan sisi barat Dieng. Ya…memang gunung sih!
Nama kecamatan rumah uti adalah Kalibening. Emang sih rumahnya ada di daerah ‘kota’ kecamatan yang notabene hanya beberapa kilo persegi, seperti lumrahnya kota kecamatan di daerah pedesaan. Walaupun kecil, rumah penduduk udah ubyek blek banyaknya. Kumpul jadi satu, sehingga kepadatan penduduknya hampir sama dengan kota besar di Indonesia. But, diluar kota itu, hanya 50 meter keluar dari kota kecamatan, akan terlihat sejauh pandang perkebunan teh, kobis, kentang, jagung dll. Sedikit sekali ada rumah di situ. Kenapa ya, mereka suka berkumpul ubyek di satu lokasi?…mungkin karena jadi lebih anget kali.
Nah…kita ke sana bareng-bareng sekeluarga. Aku, ibuknya anak-anak dan dua anak-anakku yang masih imut. Kita pengin coba si charade hitam kita kuat apa ndak naik ke tempat uti… KArena belom pernah diajak jalan jauh (paling jauh ke solo…perjalanan hanya 45 menit saja…) si hitam diserviskan dulu. Distel karburator dan platina-nya. PAk bengkelnya bilang sudah OK…siap untuk jalan jauh. He..he..he…dag dig dug juga ni…
Sabtu esok hari tgl 8 Juli, kita siap. Sangu makanan buanyak karena ngajak anak-anak. Bayangin yg besar umurnya 3 tahun trus yg kecil 1.5 tahun…keliatan kan…ntar dijamin ribut mulu. Si hitam udah diisi full bensin, dan harapannya siap pergi melancong pulang kampung. Kita mampir di kaliangkrik magelang untuk maem pagi. Maklum bapaknya anak-anak ini belom sempat maem sarapan.
Tantangan pertama ada di tanjakan Kepil. Tau ndak?…itu tuh…sempalan jalan tembus ke wonosobo dari jalan Magelang-Purworejo. Enaknya sih lewat Magelang-Temanggung-Parakan-SinSum (Sindoro-Sumbing Maksudnya)-baru Wonosobo. Jalannya lebih manusiawi…he..he..Naik Turun di Kepil memang gila. Walaupun jalan udah Hotmix..namun sempit. JAdi pas ketemuan sama Angkot (bis Mikro) agak geragapan juga…Habis bisnya ngebut juga sih.
Si Ayik, ragil 1.5 tahunku, mulai kelimpungan. Dia dieemmm aja. PAdahal sebelumnya dia riang banget. Keliatannya udah mulai pusing dia. Keringat dingin mulai turun. Lalu…..Hooeekkkk….Bener juga, dia muntah. Kita menepi sebentar. Ibu turun mampir ke masjid untuk bersih-bersih muntahan ayik. Sedang si ayik mulai ketawa-ketawa lagi (dasar bocah…). Karena menepinya di pinggir kali..anak-anak malah suka.. Jendela dibuka semuanya, jadi angin sejuk Kepil bisa masuk mobil.
Selama perjalanan kami sering sekali berhenti, ntah karena anak-anak ribut, gojegan, pusing karena jalan berkelok-kelok, dan tentu saja jajan bakso kesukaan ibuknya anak-anak. Berhenti terahkhir kami mampir sebentar di alun-alun Banjarnegara. Saat itu pas ada acara festival/pasar malem. Tentu saja ada kereta kelincinya…. Nah, si Atha (sulung saya), selalu ribut jika ada kereta kelinci. Ibu, atha dan ayi naik juga, muter-muter alun-alun….padahal siang itu ..panasnya minta ampun.
Tantangan terakhir dimulai dari sini. Ke tempat uti gunung, kami harus menyelesaikan 47km jalan full tanjakan (pernah ke Dieng kah?…nah..jalannya sama dengan itu…). Anak-anak udah puas naik kereta kelincinya. Kami mulai berangkat lagi. Pelan-pelan kita jalani satu persatu tanjakan dan tikungan tanpa berhenti. Tentu saja mesin menjadi panas. Mendekati kilometer ke 30an, Saya lirik indikator suhu. Alamak…!!! suhunya udah mulai poolll…ini berarti ada yg nggak beres dengan radiator.
Si hitam kami pinggirkan, saya buka kap mesin, ambil lap, dan buka tutup radiator….Bullll, nyossssssss…. uap keluar dengan kencengnya. Air memang udah habis (tinggal sedikit kali…). Aqua yang kami bawa tinggal sedikit. Lalu saya celingak-celinguk kiri kanan…apakah ada air yang bisa digunakan? Kami ternyata berada di punggungan bukit. Sebelah kiri jurang dan sebelah kanan tebing lumayan tinggi.
(belom..selesai…masih ada sambungannya)
sedayu, July 2005